Judul : Sejarah lengkap Kerajaan Majapahit, [ Sejarah ]
link : Sejarah lengkap Kerajaan Majapahit, [ Sejarah ]
Sejarah lengkap Kerajaan Majapahit, [ Sejarah ]
Dalam perkembangan sejarah Indonesia, Kerajaan Majapahit berperan penting dalam penyatuan Nusantara. Majapahit merupakan kerajaan besar yang disegani banyak negara asing dan membawa keharuman nama Indonesia sampai jauh di luar wilayah Indonesia. Namun demikian, pada hakikatnya sejarah Majapahit menerima unsur-unsur politik, ekonomi, sosial, budaya dari Singasari. Bahkan Kerajaan Majapahit dapat disebut sebagai kelanjutan dari Kerajaan Singasari.
Letak Geografis Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit berawal dari sebidang tanah yang dihadiahkan oleh Jayakatwang kepada Raden Wijaya. Hadiah itu diberikan setelah Raden Wijaya mendapat pengampunan jayakatwang atas bantuan Bupati Sumenep Arya Wiraraja. Tanah yang diberikan kepada raden Wijaya itu bernama tanah Trik (tanah Tarik). Ditanah trik itu Raden Wijaya mempersiapkan berdirinya Kerajaan Majapahit. Dalam waktu singkat Majapahit berhasil menguasai wilayah Jawa Timur. Selanjutnya Majapahit berkembang menjadi penguasa seluruh wilayah Nusantara.
Sumber-Sumber Sejarah Majapahit
Sumber Sejarah keberadaan Majapahit berasal dari berbagai sumber. Diantaranya sebagai berikut.
a. Prasasti Butak (tahun 1292), yang dikeluarkan Raden Wijaya setelah berhasil naik tahta kerajaan. Prasasi itu memuat peristiwa reruntuhan Singasari dan perjuangan Raden Wijaya untuk mendirikan Majapahit.
b. Kidung Harsawijaya dan Kidung Panji Wijayakrama, yang menceritakan Raden Wijaya ketika menghadapi musuh dari Kediri dan tahun-tahun awal perkembangan Majapahit.
c. Kitab Pararaton, yang menceritakan tentang pemerintahan raja-raja Singasari dan Majapahit.
d. Negarakertagama, yang menceritakan tentang perjalanan Hayam Wuruk ke jawa timur.
Raja-Raja yang pernah Memerintah Majapahit
a. Raden Wijaya
Ketika Singasari diserang Jayakatwang dari Kediri, Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri ke desa Kudadu. Pada waktu itu Raden Wijaya menjadi menantu Kertanegara. Dari desa Kudadu, Raden Wijaya bermaksud menyeberang ke Madura, meminta bantuan bupati Sumenep yang bernama Arya Wiraraja. Atas bantuan Arya Wiraraja, Raden Wijaya diampuni oleh Jayakatwang. Bahkan Raden Wijaya diberikan sebidang tanah di daerah Trik atau Tarik. Daerah itu dibangun menjadi sebuah perkampungan untuk mempersiapkan diri. Dengan demikian, Raden Wijaya sewaktu-waktu dapat melakukan pembalasan kepada Jayakatwang serta mengebalikan kekuasaan ke Singasari.
Namun demikian, tanpa diduga terlebuh dahulu, pasukan Cina-Mongol yang ingin menghancurkan kekuasaan Kertanegara dari Singasari kembali mendarat di pantai utara Jawa. Kedatangan Cina-Mongol itu merupakan kesempatan terbaik bagi Raden Wijaya. Raden Wijaya membuat suatu tipu muslihat dengan mengatakan bahwa Kertanegara telah memindahkan pusat pemerintahannya ke ibukota Kediri. Dengan demikian, pasukan Cina-Mongol itu langsung mengadakan serangan ke Kediri dan langsung menghancurkan Kerajaan Kediri.
Dengan kemenangan yang diperoleh itu, pasukan Cina-Mongol mengadakan pesta pora di Ibukota Kediri. Maka saat berlangsungnya pesta itulah pasukan Cina-Mongol diserang secara mendadak oleh pasukan yang dipimpin Raden Wijaya. Pasukan Cina-Mongol yang tidak memperkirakan adanya serangan sehingga terpaksa berlari menyelamatkan diri. Hanya sebagian kecil yang selamat dan kembali ke negerinya.
Dengan lenyapnya pasukan Cina-Mongol itu, maka tinggal satu-satunya kekuatan yang dipimpin oleh Raden Wijaya. Pada tahun 1292, Raden Wijaya menyatakan berdirinya Kerajaan Majapahit, walaupun secara resminya roda pemerintahan baru berjalan sejak tahun 1293.
Raden Wijaya mengangkat dirinya sebagai Raja Majapahit dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana. Untuk memperkuat kedudukannya diatas tahta Majapahit, Raden Wijaya mengangkat keempat putri raja Kertanegara sebagai permaisurinya. Keempat putri itu adalah Tribhuana, Narendradhuhita, Pradnyaparamita, dan Gayatri. Pada awal pemerintahan Raden Wijaya terjadi berbagai pemberontakan yang dilakukan oleh teman-teman seperjuangannya. Para pemberontak negara tidak puas atas kedudukan atau jabatan yang diberikan kepadannya. Para pemberontak itu diantaranya Sora, Ranggalawe, dan Nambi. Akan tetapi, pemberontak itu dapat dipadamkan. Raden Wijaya meninggal dunia tahun 1309, dan dimakamkan dalam dua tempat, yaitu dalam bentuk Jina (Buddha) di Antapura dan dalam bentuk Wisnu-Syiwa di Candi Simping (dekat Blitar).
b. Jayanegara
Setelah Raden Wijaya wafat tahun 1309, tahta kerajaan dipegang oleh putranya yang bernama Kala Gemet dan bergelar Sri Jayanegara. Jayanegara memerintah Majapahit dari tahun 1309 sampai tahun 1328. Pada masa pemerintahannya penuh dengan pemberontakan. Masa itu merupakan masa yang suram dalam perjalanan sejarah Majapahit. Pemberontakan itu datangnya dari Juru Demung (tahun 1313), Gajah Biru (tahun 1314), Nambi (tahun 1316) dan Kuti (tahun 1319). Diantara pemberontakan itu, Kuti merupakan pemberontakan yang paling berbahaya. Ia hampir meruntuhkan Majapahit. Jayanegara terpaksa harus mengungsi ke desa Badander yang diikuti oleh sejumlah pasukan bayangkara (pasukan pengawal pribadi raja) dibawah pimpinan Gajah Mada.
Setelah beberapa hari berada di Badander, Gajah Mada kembali ke Ibukota Majapahit untuk meninjau suasana. Rakyat dan kaum bangsawan masih setia terhadp jayanegara. Untuk itu dipersiapkan pasukan kerajaan untuk mengadakan serangan. Berkat siasat yang jitu dari Gajah Mada, Kuti dan kawan-kawannya dapat dilenyapkan. Akhirnya, Jayanegara berhasil dikembalikan ke istana dan kembali menduduki tahta kerajaan Majapahit. Sebagai penghargaan atas jasa Gajah Mada, maka ia langsung diangkat menjadi patih di Kahuripan (tahun 1319-1321). Ia selanjutnya diangkat menjadi patih di Kediri (tahun 1322-1330).
c. Tribhuana
Pada tahun 1328, Jayanegara wafat. Tahta kerajaan digantikan oleh Gayatri (istri Raden Wijaya). Tetapi karena Gayatri telah menjadi biksuni (pendeta wanita agama Buddha), maka kedudukannya sebagai raja Majapahit diwakili oleh putrinya yang bernama Tribhuana. Tidak lama kemudian Tribhuana menikah dengan Cakradara (bergelar Kertawardhana). Dari perkawinan itu terlahir Hayam Wuruk yang kelak menjadi Raja besar di Majapahit.
Pada masa pemerintahan Tribhuana juga terjadi pemberontakan, yang dikenal dengan nama peberontakan Sadeng (tahun 1331). Pada waktu itu yang menjadi patih mangkubumi (perdana mentri) adalah Arya Tadah. Karena kesehatannya terganggu Arya Tadah mengusulkan agar Gajah Mada diangkat menjadi panglima perang Majapahit. Usul itu diterima oleh Tribhuana. Maka Gajah Mada diberi tugas memimpin pasukan Majapahit untuk memadamkan pemberontakan Sadeng. Namun ketika membicarakan siasat perang, Gajah Mada mendapat rintangan dari seorang mentri yang bernama Ra Kembar dan juga Dharmaputra. Gajah Mada tidak menghiraukan rintangan itu dan atas bantuan pasukan kerajaan Melayu yang dipimpin Adityawarman, pemberontakan Sadeng berhasil ditumpas. Sebagai penghargaan atas jasanya, pada tahun 1331 Gajah Mada diangkat menjadi Mangkubumi Majapahit menggantikan Arya Tadah. Pada upacara pelantikan itulah Gajah Mada mengucapkan sumpah yang dikenal dengan "Sumpah Palapa" (lengkapnya Tan Amukti Palapa) yang artinya Gajah Mada tidak akan hidup bermewah-mewah sebelum Nusantara dipersatukan.
d. Hayam Wuruk
Setelah Gayatri wafat tahun 1350, Tribhuana akhirnya menyerahkan tahta kerajaan kepada putranya yang bernama Hayam Wuruk (tahun 1350-1389), dengan gelar Rajasanegara.
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, Patih Gajah Mada tetap masih sebagai tiang utama kerajaan Majapahit. Itulah sebabnya pada masa pemerintahannya, Majapahit mencapai masa kejayaan. Selama hidupnya Patih Gajah Mada menjalankan politik persatuan Nusantara. Cita-citanya dijalankan dengan begitu tegas. Pada tahun 1357, terjadi peristiwa Bubat. Peristiwa itu berawal dari upaya Hayam Wuruk untuk melamar putri Pajajaran yang bernama Diyah Pitaloka. Lamaran itu diterima oleh Raja Sri Baduga Maharaja. Sri Baduga Maharaja mengantarkan putrinya ke Majapahit dan diiringi oleh pasukan Pajajaran.
Sri Baduga Maharaja beserta putrinya dan pasukannya beristirahat di lapangan Bubat dekat dengan pintu gerbang ibukota Majapahit. Selanjutnya terjadilah perselisihan paham antara Patih Gajah Mada dan Raja Pajajaran. Hal itu terjadi karena Gajah Mada ingin mempergunakan kesempatan tersebut agar Pajajaran mau mengakui kedaulatan Majapahit. Caranya ialah dengan mengangkat Dyah Pitaloka sebagai istri selir Raja Hayam Wuruk dan bukan sebagai permaisurinya. Raja Pajajaran menolak pernyataan Gajah Mada karena dianggap merendahkan derajat Pajajaran. Akhirnya pecah pertempuran dan menyebabkan terbunuhnya Raja Sri Baduga Maharaja dan putrinya beserta seluruh pasukan Pajajaran. Peristiwa itu lebih dikenal dengan Peristiwa Bubat.
Akibat peristiwa itu, politik Gajah Mada mengalami kegagalan. Dengan peristiwa bubat bukan berarti bahwa Pajajaran sudah tunduk kepada Majapahit. Bahkan Pajajaran terus berkebang secara terpisah dari kerajaan Majapahit.
Ketika Gajah Mada dinyatakan wafat oleh Hayam Wuruk pada tahun 1364, maka Hayam Wuruk kehilangan pegangan. Gajah Mada merupakan orang yang sangat diandalkan oleh Hayam Wuruk didalam menjalankan roda pemerintahannya. Kemudian Hayam Wuruk mengadakan Sidang Dewan Saptaprabu untuk memutukan pengganti kedudukan Gajah Mada. Namun demikian, tidak satupun pejabat majapahit mampu menggantikan kedudukannya.
Hayam Wuruk akhirnya mengangkat empat orang mentri dibawah pimpinan Punala Tanding. Selanjutnya mereka digantikan oleh dua orang mentri, yaitu Enggon dan Gajah Manguri. Hayam Wuruk memutuskan untuk mengangkat Gajah Enggon sebagai mangkubumi (perdana mentri) menggantikan kedudukan Gajah Mada.
Keadaan Majapahit semakin suram setelah Tribhuana (ibu Hayam Wuruk) wafat tahun 1379. Kerajaan Majapahit kehilangan para pembantunya yang cakap. Kemunduran Majapahit semakin bertambah jelas setelah Hayam Wuruk wafat tahun 1389.
e. Wikrama Wardhana
Setelah Hayam Wuruk wafat, tahta kerajaan dipegang oleh putrinya yang bernama Kusuma Wardhani. Selanjutnya ia menikah dengan Wikrama Wardhana (kemenakan Hayam Wuruk). Maka Wikrama Wardhana langsung menjalankan roda pemerintahan Majapahit atas nama Permaisurinya. Akan tetapi, Hayam Wuruk juga memiliki putra yang lahir dari istri selirnya yang bernama Wirabhumi. Wirabhumi diberi kekuasaan di wilayah ujung Jawa Timur, yaitu di daerah Blambangan sekarang.
Pada mulanya antara Wikrama Wardhana dan Wirabhumi terjalin hubungan yang sangat baik. Hal itu dikarenakan Wirabhumi menyadari kedudukannya lebih rendah dari pada Kusuma Wardhani. Pada tahun 1400, Kusuma Wardhani wafat, sejak saat itu Wikrama Wardhana berkeinginan untuk menjadi bhiksu (pendeta laki-laki agama Buddha). Sebagai gantinya diangkatlah Suhita. Wirabhumi tidak puas akan pengangkatan Suhita menjadi Raja Majapahit. Dengan demikian, terjadi perang antara Wirabhumi dan raja Majapahit (Suhita). Perang itu disebut dengan perang Paregreg (tahun 1401-1406). Dalam peperangan tersebut pasukan Wirabhumi dapat dikalahkan dan keadaan dapat distabilkan kembali.
Setelah pemerintahan Suhita, ada beberapa raja yang pernah memerintah Majapahit. Misalnya Kertawijaya (tahun 1447-1451), Rajasa Wardhana (tahun 1451-1453), Purwawisesa (tahun 1456-1466), dan Simba Wikramawardhana (tahun 1466-1478).
Dengan keadaan seperti itu satu-persatu daerah kekuasaan Majapahit melepaskan diri. Disampig itu, juga disebabkan munculnya kerajaan Islam di pesisir pantai. Sementara itu menurut tradisi yang terkenal dalam masyarakat jawa, Majapahit runtuh akibat serangan yang dilakukan pasukan kerjaan Islam yang dipimpin oleh Raden Patah (Demak). Pada masa itu, yang memerintah majapahit adalah patih Brawijaya V. Brawijaya V sebagai raja terakhir Majapahit dan setelah Brawijaya V wafat tidak ada penggantinya. Akibatnya terjadi kekacauan di pusat kerajaan Majapahit. Itulah sebabnya datang serangan dari pasukan Demak yang langsung dipimpin oleh Raden Patah. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Majapahit sebagai kerajaan yang pernah membawa keharuman nama Indonesia.
Lahirnya Gagasan Persatuan Nusantara
Gajah Mada telah berhasil menumpas para pemberontak, terutama pemberontak Sadeng tahun 1331. Itulah sebabnya ia diangkat langsung oleh Ratu Tribhuana menjadi Patih Mangkubumi Majapahit.
Pada saat diangkat menjadi Patih Mangkubumi Majapahit itulah, Gajah Mada mengucapkan sumpahnya yang terkenal dengan nama Sumpah Palapa. Dalam sumpah itu Gajah Mada menyatakan bahwa dirinya tidak akan hidup bermewah-mewahan sebelum seluruh Nusantara dipersatukan dibawah panji Majapahit.
Untuk mencapai tujuan itu, Gajah Mada melakukan bermacam-macam cara. Bahkan seluruh aktivitas dalam pemerintahan Majapahit langsung dipegang oleh Gajah Mada. Satu persatu daerah yang berada di wilayah Nusantara tunduk kepada Majapahit. Cita-cita yang dijalankan itu begitu tegas sehingga timbul peristiwa yang sangat pahit, yaitu peristiwa Bubat. Peristiwa ini terjadi tahun 1357, yang berawal dari usaha Hayam Wuruk yang hendak meminang putri Pajajaran sebagai permaisuri. Lamaran Hayam Wuruk diterima, yang selanjutnya pada saat kedatangan Raja beserta putri dan pasukan Pajajaran terjadi perselisihan dengan Gajah Mada, Hingga muncullah perang Bubat.
Dengan terjadinya peristiwa bubat tahun 1357, secara politis cita-cita Gajah Mada berhasil mencapai persatuan Nusantara. Namun pada kenyataannya Gajah Mada telah gagal mewujudkan cita-citanya itu. Walaupun demikian, Gajah Mada telah berhasil membawa Majapahit ke puncak kejayaanya sehingga namanya terkenal sampai jauh di luar wilayah Majapahit.
Kehidupan Sosial Kerajaan Majapahit
Kehidupan sosial masyarakat Majapahit tidak jauh berbeda dengan kehidupan sosial masyarakat pada zaman Singasari. Hal ini karena Majapahit merupakan kelanjutan dari Kerajaan Singasari. Namun demikian, kehidupan sosial masyarakat Majapahit terus dikembangkan. Bahkan dalam masyarakat Majapahit telah terdapat pembagian tugas, baik dalam tugas pemerintahan, tugas keagaaman maupun sosial masyarakatnya.
Pada zaman Majapahit mulai muncul kepercayaan bahwa raja merupakan penjelmaan Dewa di dunia. Di dunia, raja memegang kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan, dan dalam menjalankan pemerintahan dibantu oleh Dewan Saptaprabu. Dewan itu memberikan berbaga nasihat agar perjalanan pemerintahan seorang raja tetap pada jalan yang diinginkan semua rakyatnya. Raja tidak dapat berbuat sesuka hati, dengan demikian, pemerintah yang baik akan mengakibatkan semakin baiknya kehidupan rakyatnya.
Perkembangan Politik Kerajaan Majapahit
Ketika Raja Jayakatwang berhasil menduduki Istana kerajaan Singasari, pada saat itu Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri dan meminta bantuan bupati Arya Wiraraja. Atas bantuan itu, Jayakatwang memberikan sebidang tanah yang diberi nama tanah Trik kepada Raden Wijaya. Di tanah trik itulah Raden Wijaya merencanakan berdirinya kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit yang telah membawa harum nama Indonesia mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan dibantu oleh Patih Gajah Mada.
Perkembangan Ekonomi masyarakat Majapahit
Majapahit selalu menjalin hubungan secara baik dengan kerajaan di sekitarnya. Hubungan persahabatan itu sangat penting bagi Majapahit, khususnya dalam bidang perekonomian, pelayaran dan perdagangan. Hal itu dikarenakan wilayah Kerajaan Majapahit yang terdiri dari kepulauan dan sumber barang dagangan yang laku di dunia pada saat itu. Barang dagangan yang dipasarkan diantaranya beras, lada, gading, timah, besi, intan, ikan, cengkih, pala, kapas, dan kayu cendana.
Dengan demikian hubungan kerajaan Majapahit dengan negara tetangga banyak membawa keuntungan bagi kerajaan Majapahit.
Peninggalan Budaya Kerajaan Majapahit
Keberhasilan kerajaan Majapahit dalam bidang politik dan kemiliteran membawa keharuman nama Majapahit yaitu keadaan masyarakat yang teratur dan aman. Pancaran dari keadaan teratur ini nampak dalam bidang kebudayaan, sebab hanya masyarakat yang teratur pada umumnya yang mampu menghasilkan karya-karya budaya yang bermutu. Bukti-bukti perkembangan kebudayaan Majapahit dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan berikut ini.
a. Candi-candi
Diantaranya Candi Panataran (Blitar), Candi Tegalwangi dan Surawana (Pare, Kediri), Candi Sawentar (Blitar), Candi Sumberjati (Blitar), Candi Tikus (Trowulan), Candi Brahu (Mojokerto), dan bangunan-bangunan purba lainnya terutama yang terdapat di daerah Trowulan.
b. Karya Sastra
Hasil karya sastra zaman Majapahit dapat kita bedakan menjadi sastra zaman Majapahit awal dan sastra zaman Majapahit akhir.
1). Sastra zaman Majapahit awal, hasil karya sastra yang dikategorikan sastra zaman majapahit awal diantaranya sebagai berikut.
- Kitab Negarakertagama, karangan Mpu Prapanca (tahun 1365)
- Kitab Sutasoma, karangan Mpu Tantular.
- Kitab Arjunawiwaha, karangan Mpu Tantular.
- Kitab Kunjarakarna, tidak diketahui pengarangnya.
- Kitab Parthayajna, tidak diketahui pengarangnya.
2). Sastra zaman Majapahit akhir, hasil karya sastra yang termasuk pada zaman ini ditulis dlam bahasa jawa tengahan, diantaranya ada yang ditulis dalam bentuk tembang (kidung) dan ada pula yang ditulis dalam bentuk gancaran (prosa). Hasil sastra terpenting antara lain sebagai berikut.
- Kitab Pararaton, isinya menceritakan riwayat raja-raja Singasari dan Majapahit.
- Kitab Sundayana, isinya tentang peristiwa bubat.
- Kitab Surandaka, isinya tentang pemberontakan Sora.
- Kitab Ranggalawe, isinya tentang pemberontakan Ranggalawe.
- Panjiwijayakrama, isinya menguraikan tentang riwayat Raden Wijaya sampai menjadi raja.
- Kitab Usana Jawa, isinya tentang penakhlukan pulau Bali oleh Gajah Mada dan Aryadamar, pemindahan keraton Majapahit ke Gelgel, dan penumpasan raja Raksasa yang bernama Maya Denawa.
- Kitab Usana Bali, isinya tentang kekacauan di pulau Bali akibat keganasan Maya Denawa, tetapi akhirnya dapat dibunuh oleh dewa-dewa.
Selain kitab-kitab tersebut, masih ada lagi kitab-kitab sastra yang penting pada zaman Majapahit akhir seperti kitab Paman Cangah, Tantu Pagelaran, Calon Arang, Korawasrama, Babhuksah, Tantri Kamandaka, dan Pancatantra.
Baca juga sejarah lengkap ini:
Demikianlah Artikel Sejarah lengkap Kerajaan Majapahit, [ Sejarah ]
Sekianlah artikel Sejarah lengkap Kerajaan Majapahit, [ Sejarah ] kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Sejarah lengkap Kerajaan Majapahit, [ Sejarah ] dengan alamat link https://pengamatsejarah.blogspot.com/2016/03/sejarah-lengkap-kerajaan-majapahit.html
0 Response to " Sejarah lengkap Kerajaan Majapahit, [ Sejarah ] "
Posting Komentar